Jumat, 23 Agustus 2013

Cerita 3 Kurcaci

Pertemuan pertamaku dengan Moenalizaa Potrie (samaran) dan Rieke Trisnoewati (samaran) pada pertengahan tahun 2009 di sebuah madrasah Aliyah Negeri di Aceh tepatnya - telah menggores kenangan indah bersama mereka.

*****

Hari pertama sekolah terlambat. Dengan tergesa-gesa aku berlari untuk mencari barisan siswa/i baru yang entah dimana posisinya. Syukur, di sekolahku itu ada kakak-kakak dan abang-abang PMR (Palang Merah Remaja) yang berdiri dibelakang para siswa/i yang berbaris dilapangan untuk berjaga-jaga jika ada yang jatuh pingsan atau sakit lainnya. Tentu saja aku memberanikan diri untuk bertanya kepada salah seorang kakak PMR yang berdiri dibawah ring basket. Sedikit menunduk agar terlihat lebih sopan aku menanyakan posisi barisan untuk siswa/i baru dan si kakak langsung menunjuk kearah kirinya - barisan paling ujung. Alhamdulillah, aku tidak lupa aku mengucapkan terimakasih karna telah membantuku.

*****

"Oh my god.. !". Ternyata kelas sudah ramai dan bangku yang kosong hanyalah bangku belakang - berdekatan dengan anak laki-laki. Berhubung aku alumni dari pesantren (ceileee.. yuhui) tau sendiri dong gimana pemalunya anak yang tidak pernah berjumpa apalagi dekat-dekatan dengan lawan jenisnya - kini harus duduk bersebrangan dengan lawan jenis. Sungguh diluar dugaan . ~~

*****

Sendiri. Bangku disampingku masih kosong melompong. Teman-teman yang lain sudah mulai berkenalan dengan teman barunya disamping, walaupun sekedar cuap-cuap. Aku? Seorang cewek yang duduk tepat didepanku kini menoleh kearahku. "Hay, nama kamu siapa?"sambil tersenyum manis. "hehe.. aku Putroe. Namamu siapa?" tanyaku balik. "Ulla... ".
Tiba-tiba dari arah pintu seseorang masuk, berkeliling seakan mencari tumpangan untuk duduk dan..... "duduk disini aja..." kataku sok manis dan sok ramah. Sembari tersenyum "disini kosong ya? Boleh duduk disini?" ujarnya lagi. "Tentu saja, boleh. Lagian aku juga masih sendirian."
Mulailah kami saling berkenalan. "Oh.. nama kamu Moena... Namaku Putroe" tanpa ditanyapun aku memperkenalkan diri. Bukan apa-apa, cuma mau berteman aja kok. Ternyata Moena lebih pendiam dari Ulla, dan lebih pemalu dari aku.

*****

Setelah lama bercuap-cuap akhirnya aku tahu bahwa ia juga alumni dari sebuah pesantren yang lumayan jauh dengan madrasah kami. Perkenalan kamipun berlanjut nyambung, mungkin karena sama-sama anak pesantren yang baru keluar dari 'penjara suci'. 

Hari ke 2 MOS. Para siswa/i mulai mencari tanda tangan senior. Tanpa terkecuali aku, Ulla, juga Moena tapi kami berpisah ditengah perjalanan - masing-masing menuju kearah senior yang hendak dituju.
Dari jauh aku melihat Moena bersama seorang cewek yang belakangan kuketahui bernama Rieke. Mereka satu pesantren dulunya. Pantesan mereka begitu dekat antara satu sama lain.

*****

MOS berakhir, kini para senior mulai memperkenalkan organisasi-organisasi yang ada dalam sekolah. Aku memilih organisasi ReDa atau Remaja Dakwah - lebih dikenal dengan Rohis. Aku dan Moena tetap di kelas X.8, akan tetapi kami tidak sebangku lagi. Moena bertemu teman pesantrennya dikelas yang sama. Aku juga bertemu dengan teman baru - yang menjadi teman sebangkuku selama berada di kelas X.8. Moena duduk tepat dibelakangku, bangku kedua dari terdepan.

Hari-hari kita menjalaninya dengan ceria, suka dan duka, terlebih-lebih penghuni kelas X.8 tidak sedikit juga alumni dari pesantren yang terkenal. Tidak kalah dengan pesantrenku juga. Dan itu memudahkan kita untuk berinteraksi antara sesama.

*****

Berbeda dengan Moena, aku dan Rieke mengenal di MOS dan itupun Moena yang memperkenalkannya. Tak terduga, aku 'sering' bertemu lagi dengannya di acara ReDa. Lebih khususnya lagi - akhir tahun 2009, aku dan Rieke diangkat menjadi kader ReDa dan berada pada satu departemen. 
Sejak saat itu aku dan Rieke mulai menjalin ukhuwah.

Dan pada saat menginjak tahun kedua di madrasah, aku dan Moena terpisah dari teman-teman X.8 tapi kini Rieke dan kita sekelas - XI hingga kelas XII.
Kelas XI kami mulai menjalani hari-hari bersama. Kejar-kejaran di lapangan volly dan basket, siram-siraman air untuk orang yang usil, jalan kaki bareng, pulang ditungguin sama 2 kurcaci Rieke dan Moena, Makan siang sama-sama, kekantin bareng, kekamar mandi bareng (whaat?!), dan lain-lain. Buuaanyak kisah bersama mereka. Sampai-sampai diangkat jadi Tim Volly Putri. Entah kenapa sejak di Aliyah aku jadi suka yang namanya 'olahraga' - jadi Tim Volly, pula.
Bukan cuma orang yang pacaran banyak halangan dan rintangan. Kisah persahabatan kami juga tidak mulus, banyak rintangan yang kami lewati selama bersama. Salah paham? Pernah. Mood-mood-tan? Sering. Apalagi? Cinta segitiga? hm.. itu tuh yang ga pernah, berhubung selera kita tidak ada yang sama. Yah.. paling-paling cek-cok sedikitlah. Yang pasti itu semua telah terlewati, dan kini masing-masing tengah mengambil gelar 'sarjana' di perguruan tinggi yang berbeda. Alhamdulillah, sesuatu ya.

*****

Astaga.... Sudah di penghujung cerita aku belum menjelaskan mengapa judul entri ini 'cerita 3 kurcaci' ? Baiklah, nama kurcaci itu diberikan oleh seorang 'gajah' yang - baik hati, rajin menabung dan ramah lingkungan kepada kita karena 'imut' (baca; kecil) nya aku, Moena dan Rieke.
Dan nama 'gajah' itu pemberian kita kepada yang memberi gelar 'kurcaci'. Hehehe.
Disebut kurcaci juga karena - saat kejar-kejar dilapangan, kita kelihatan keciiil buanget, ya seperti kurcaci. Kata orang yang lihat sih.
Cerita ini murni dari kisah masa Aliyah aku dulu bersama Moena dan Rieke and all about us
Mungkin cerita ini tidak bermakna apa-apa bagi saudara yang membaca, tapi ini sungguh akan menjadi kenangan bagi para remaja seperti kami.**

THE END

0 komentar:

Posting Komentar

 

Jejak Cerita Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template