AKHLAK TASAWUF BAGI MASYARAKAT MODERN
A. Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa, para ahli
memberikan berbagai pengertian tentang tasawuf, namun dari beberapa pengertian
itu dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara
kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan
selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya
adalah akhlak yang mulia.
Sedangkan pengertian tasawuf dari
segi istilah atau menurut pendapat para ahli tasawuf sangat tergantung kepada
sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing pakar. Jika memandang manusia
sebagai makhluk yang harus berjuang, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai
"upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber
dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt."[1]
dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt."[1]
B. Pengertian dan Ciri Masyarakat
Modern
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
"masyarakat" diartikan " himpunan orang yang hidup bersama di
suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu, sementara kata
"modern" diartikan "terbaru, secara baru, mutakhir".[2]
Dengan demikian secara harfiah kata
"masyarakat modern" dapat dimaknai dengan "suatu himpunan orang
yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang
bersifat mutakhir".
Deliar Noer memberikan ciri-ciri
masyarakat modern yakni bersifat rasional, yaitu lebih mengutamakan pendapat
akal fikiran dari pada pendapat emosi sebelum melakukan.
a. Berfikir untuk masa depan yang lebih
jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat, tetapi juga selalu melihat
dampak sosialnya secara lebih jauh.
- Menghargai waktu, yaitu selalu melihat waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
- Bersikap terbuka, yaitu mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik, gagasan dan perbaikan dari manapun.
- Berfikir objektif, yaitu melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat.
Ciri-ciri umum masyarakat
modern yaitu:
1.
materialistik (mengutamakan materi)
2.
hedonistik (memperturutkan kesenangan dan kelezatan syahwat)
3.
totaliteristik (ingin menguasai semua aspek kehidupan)
4.
percaya kepada rumus-rumus pengetahuan empiris saja
5.
positivistis yang berdasarkan kemampuan akal pikiran manusia
Tampak jelas pada diri orang-orang
yang berjiwa dan bermental seperti ini, ilmu pengetahuan dan teknologi modern
memang sangat mengkhawatirkan, karena merekalah yang menyebabkan kerusakan di
atas permukaan bumi, sebagaimana Firman Allah Swt. dalam surat ar-Rum ayat 41 :
Artinya : “Telah tampak
kerusakan di darat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah
Menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).”
C. Problematika Masyarakat Modern
Dari ciri-ciri masyarakat modern di
atas, kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah
problematika masyarakat modern. Problematika yang muncul antara lain :
- Penyalahgunaan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi.
- Pendangkalan Iman. Lebih mengutamakan keyakinan kepada akal pikiran dari pada keyakinan religius.
- Pola Hubungan Materialistik.
- Kepribadian yang terpecah (split personality).
- Stress dan Frustasi.
- Kehilangan Harga Diri dan Masa Depan.
Eric Fromm mengatakan bahwa,
karakter masyarakat modern diwarnai oleh orientasi pasar, di mana keberhasilan
seseorang tergantung kepada sejauh mana nilai jualnya di pasar. Masyarakat
modern bagaikan penjual dirinya sekaligus sebagai komunitas yang siap dijual di
pasar. Jika nilai jualnya di pasar tinggi maka meraka menjadi masyarakat sukses
dan kaya, sementara kemiskinan dimaknai sebaliknya.
Kebaikan, kejujuran, kesetiaan pada
kebenaran dan keadilan sudah tidak bernilai jika tidak memberikan manfaat untuk
kesuksesan dan kemakmuran. Jika kondisi ekonomi seseorang tidak makmur, maka
dinilai sebagai orang yang belum sukses, bahkan gagal dalam kehidupan. Maka
mereka tidak lagi berpijak kepada kualitas kemanusiaan, melainkan berpatokan
kepada keberhasilan dalam mencapai kekayaan materi.
Kondisi ini memalingkan kesadaran
manusia sebagai makhluk termulia. Keutamaan dan kemuliaan menyatu dengan
kekuatan kepribadian. Oleh karena itu masyarakat modern mengalami kehampaan dan
ketidakbermaknaan hidup. Keberadaannya tergantung kepada pemilikan dan penguasaan
simbol kekayaan, karena didorong oleh pandangan bahwa orang yang banyak harta
merupakan manusia unggul.[3]
D. Peranan Tasawuf dalam Kehidupan
Modern
Hakikat tasawuf adalah mendekatkan
diri kepada Allah melalui penyucian diri dan amaliyah-amaliyah Islam. Dan
memang ada beberapa ayat yang memerintahkan untuk menyucikan diri (tazkiyyah
al-nafs) di antaranya: “Sungguh, bahagialah orang yang menyucikan jiwanya”
(Q.S. Asy-syam [91]:9); “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah
hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku” (QS. Al Fajr: 28-30). Atau
ayat yang memerintahkan untuk berserah diri kepada Allah, “Katakanlah:
Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada) Allah”
(QS. Al An’am: 162).
Jadi, fungsi tasawuf dalam hidup
adalah menjadikan manusia berkeperibadian yang shalih dan berperilaku baik dan
mulia serta ibadahnya berkualitas. Mereka yang masuk dalam sebuah tharekat atau
aliran tasawuf dalam mengisi kesehariannya diharuskan untuk hidup sederhana,
jujur, istiqamah dan tawadhu. Semua itu bila dilihat pada diri Rasulullah
SAW, yang pada dasarnya sudah menjelma dalam kehidupan sehari-harinya. Apalagi
di masa remaja Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai manusia yang digelari al-Amin,
Shiddiq, Fathanah, Tabligh, Sabar, Tawakal, Zuhud, dan termasuk berbuat baik
terhadap musuh dan lawan yang tak berbahaya atau yang bisa diajak kembali pada
jalan yang benar. Perilaku hidup Rasulullah SAW yang ada dalam sejarah
kehidupannya merupakan bentuk praktis dari cara hidup seorang sufi.
Jadi, tujuan terpenting dari tasawuf
adalah lahirnya akhlak yang baik dan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang
lain.
Dalam kehidupan modern, tasawuf
menjadi obat yang mengatasi krisis kerohanian manusia modern yang telah lepas
dari pusat dirinya, sehingga ia tidak mengenal lagi siapa dirinya, arti dan
tujuan dari hidupnya. Ketidakjelasan atas makna dan tujuan hidup ini membuat
penderitaan batin. Maka lewat spiritualitas Islam ladang kering jadi tersirami
air sejuk dan memberikan penyegaran serta mengarahkan hidup lebih baik dan
jelas arah tujuannya.[4]
Semoga bermanfaat :)).
0 komentar:
Posting Komentar