Minggu, 30 Juni 2013

Akhlak Tasawuf


 AKHLAK TASAWUF BAGI MASYARAKAT MODERN
A. Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa, para ahli memberikan berbagai pengertian tentang tasawuf, namun dari beberapa pengertian itu dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia.
Sedangkan pengertian tasawuf dari segi istilah atau menurut pendapat para ahli tasawuf sangat tergantung kepada sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing pakar. Jika memandang manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai "upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber
dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt."[1]

B. Pengertian dan Ciri Masyarakat Modern
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia "masyarakat" diartikan " himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu, sementara kata "modern" diartikan "terbaru, secara baru, mutakhir".[2]
Dengan demikian secara harfiah kata "masyarakat modern" dapat dimaknai dengan "suatu himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir".
Deliar Noer memberikan ciri-ciri masyarakat modern yakni bersifat rasional, yaitu lebih mengutamakan pendapat akal fikiran dari pada pendapat emosi sebelum melakukan.
a.       Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat, tetapi juga selalu melihat dampak sosialnya secara lebih jauh.
  1. Menghargai waktu, yaitu selalu melihat waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
  2. Bersikap terbuka, yaitu mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik, gagasan dan perbaikan dari manapun.
  3. Berfikir objektif, yaitu melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat.
Ciri-ciri umum masyarakat modern yaitu:
1.      materialistik (mengutamakan materi)
2.      hedonistik (memperturutkan kesenangan dan kelezatan syahwat)
3.      totaliteristik (ingin menguasai semua aspek kehidupan)
4.      percaya kepada rumus-rumus pengetahuan empiris saja
5.      positivistis yang berdasarkan kemampuan akal pikiran manusia
Tampak jelas pada diri orang-orang yang berjiwa dan bermental seperti ini, ilmu pengetahuan dan teknologi modern memang sangat mengkhawatirkan, karena merekalah yang menyebabkan kerusakan di atas permukaan bumi, sebagaimana Firman Allah Swt. dalam surat ar-Rum ayat 41 :

 Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah Menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” 

C. Problematika Masyarakat Modern
Dari ciri-ciri masyarakat modern di atas, kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern. Problematika yang muncul antara lain :
  1. Penyalahgunaan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi.
  2. Pendangkalan Iman. Lebih mengutamakan keyakinan kepada akal pikiran dari pada keyakinan religius.
  3. Pola Hubungan Materialistik.
  4. Kepribadian yang terpecah (split personality).
  5. Stress dan Frustasi.
  6. Kehilangan Harga Diri dan Masa Depan.
Eric Fromm mengatakan bahwa, karakter masyarakat modern diwarnai oleh orientasi pasar, di mana keberhasilan seseorang tergantung kepada sejauh mana nilai jualnya di pasar. Masyarakat modern bagaikan penjual dirinya sekaligus sebagai komunitas yang siap dijual di pasar. Jika nilai jualnya di pasar tinggi maka meraka menjadi masyarakat sukses dan kaya, sementara kemiskinan dimaknai sebaliknya. 
Kebaikan, kejujuran, kesetiaan pada kebenaran dan keadilan sudah tidak bernilai jika tidak memberikan manfaat untuk kesuksesan dan kemakmuran. Jika kondisi ekonomi seseorang tidak makmur, maka dinilai sebagai orang yang belum sukses, bahkan gagal dalam kehidupan. Maka mereka tidak lagi berpijak kepada kualitas kemanusiaan, melainkan berpatokan kepada keberhasilan dalam mencapai kekayaan materi.
Kondisi ini memalingkan kesadaran manusia sebagai makhluk termulia. Keutamaan dan kemuliaan menyatu dengan kekuatan kepribadian. Oleh karena itu masyarakat modern mengalami kehampaan dan ketidakbermaknaan hidup. Keberadaannya tergantung kepada pemilikan dan penguasaan simbol kekayaan, karena didorong oleh pandangan bahwa orang yang banyak harta merupakan manusia unggul.[3]

D. Peranan Tasawuf dalam Kehidupan Modern
Hakikat tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah melalui penyucian diri dan amaliyah-amaliyah Islam. Dan memang ada beberapa ayat yang memerintahkan untuk menyucikan diri (tazkiyyah al-nafs) di antaranya: “Sungguh, bahagialah orang yang menyucikan jiwanya” (Q.S. Asy-syam [91]:9); “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku” (QS. Al Fajr: 28-30). Atau ayat yang memerintahkan untuk berserah diri kepada Allah, “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada) Allah” (QS. Al An’am: 162).
Jadi, fungsi tasawuf dalam hidup adalah menjadikan manusia berkeperibadian yang shalih dan berperilaku baik dan mulia serta ibadahnya berkualitas. Mereka yang masuk dalam sebuah tharekat atau aliran tasawuf dalam mengisi kesehariannya diharuskan untuk hidup sederhana, jujur, istiqamah dan tawadhu. Semua itu bila dilihat pada diri Rasulullah SAW, yang pada dasarnya sudah menjelma dalam kehidupan sehari-harinya. Apalagi di masa remaja Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai manusia yang digelari al-Amin, Shiddiq, Fathanah, Tabligh, Sabar, Tawakal, Zuhud, dan termasuk berbuat baik terhadap musuh dan lawan yang tak berbahaya atau yang bisa diajak kembali pada jalan yang benar. Perilaku hidup Rasulullah SAW yang ada dalam sejarah kehidupannya merupakan bentuk praktis dari cara hidup seorang sufi.
Jadi, tujuan terpenting dari tasawuf adalah lahirnya akhlak yang baik dan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Dalam kehidupan modern, tasawuf menjadi obat yang mengatasi krisis kerohanian manusia modern yang telah lepas dari pusat dirinya, sehingga ia tidak mengenal lagi siapa dirinya, arti dan tujuan dari hidupnya. Ketidakjelasan atas makna dan tujuan hidup ini membuat penderitaan batin. Maka lewat spiritualitas Islam ladang kering jadi tersirami air sejuk dan memberikan penyegaran serta mengarahkan hidup lebih baik dan jelas arah tujuannya.[4]

Semoga bermanfaat :)).




[1] Moh. Toriquddin, Sekularitas Tasawuf, (UIN Malang: 2008), cet. I., hal. 15.
[2] http://andlovephobe.blogspot.com/2009/10/problematika-modern-dan-perlunya-akhlak.html
[3] http://www.rafanet.com/index.php/artikel/67-pentingnya-tasawuf-bagi-masyarakat-modern.html
[4] http://asno-dharmasraya.blogspot.com/2011/12/peran-tasawuf-dalam-kehidupan-modern.html

0 komentar:

Posting Komentar

 

Jejak Cerita Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template