Minggu, 01 Desember 2013

Haruskah Berubah?



A dan B. Anggap saja nama mereka A, B. Mereka wanita keren dan aku suka. Manis, cantik, pintar, gaul, ramah. Luar biasa. Jilbabnya panjang menutup dada, tebal. Sempurna menurutku. Berbeda denganku yang jilbabku (kadang) masih sering tipis – walau terkadang juga tebal. Tidak pintar, biasa saja. Mereka anak-anak yang suka ber-sosial. Itu mungkin yang ada kesamaan denganku. Itu semua perbedaan mendasar kurasa. Disaat rasa kagum membuncah, lalu siapa yang sangka seseorang mengenalkanku dengan mereka dan mengajakku untuk bergabung bersama mereka, sampai akhirnya aku masuk kedalam lingkaran mereka, lingkaran ‘saling-mengingatkan’.
Senang. Bahagia bisa bergabung dan bertemu lagi dengan orang-orang seperti A & B lagi. Satu tahun perkenalan yang kami jalani, A & B itu semakin membuatku kagum. Mereka gaul, tapi syar’i banget. Aku suka membuka profile facebook-nya, tak
ada satupun foto mereka yang berlagak narsis, maupun foto sendiri. Jleb! Lagi-lagi aku tertegun. Aku? Foto narsisku (memang) banyak yang di-tag oleh teman-teman sekolahku, kala itu. Tak bisa dipungkiri memang, rasa malu, perasaan ‘wah, aku kok begini ya?’ mulai menyerang pikiran.
Tahun ke-dua aku mengenal mereka masih seperti dulu. Tak ada yang berubah. (kurasa) mereka semakin baik kedepannya. Aku beranggapan bahwa sekolahku bangga mempunyai murid seperti mereka. Cantik, pintar, sholehah. Top banget!
Tahun ke-tiga perkenalan. Mereka menamatkan sekolahnya, aku merasa kehilangan orang-orang yang selalu mengingatkanku untuk terus berbuat baik, yang mengajakku shalat dhuha – dikala jam istirahat tiba. Yang mengajak dan mendorongku untuk terus istiqamah dalam menutup aurat, memakai jilbab tebal, dll. Banyak. Banyak sekali, mereka membuka mata hatiku untuk keep istiqamah walau apapun yang terjadi.
Pertengahan tahun 2011. Organisasi ‘saling-mengingatkan’ kami itu membuat sebuah acara besar, outbond. Acara itu selalu dihadiri oleh para alumni-alumni – entah dari tahun berapa saja. Disitu, aku kembali dipertemukan dengan sosok yang aku kagumi dahulu, A, B. Tidak lama memang kami me-ngobrol karena mereka tidak ikut sampai acara selesai. Hari itu aku melihat, mereka masih seperti dulu. Masih istiqamah. Mereka tetap menjadi panutan untukku.
Banyak memang yang seperti mereka. Lalu kenapa aku memilih mereka? Aku memilih mereka karena mereka itu orang-orang yang bisa diajak kompromi ala anak-anak (seperti kami). Dan pun umur kami tidak jauh beda, hanya beda 1 tahun. Mereka juga (kadang-kadang) masih kayak anak-anak, enak diajak becanda, tidak serius, sama kayak kami. ~~
Lama tak bersua, hari itu aku membuka Facebook dan melihat nama A – A change her profile. Mataku terbelalak. Apa tidak salah? Foto profilnya itu.... jilbab paris tipis berwarna pink (kalo gak salah), foto sendiri dan gayanya aslii... gaya anak gaul biasa, bukan gaul + syar’i. Shock berat. Apa benar itu beliau yang upload? Kalaupun memang benar, kenapa harus foto begitu yang di unggah? Kenapa gak foto biasa aja? *sedih banget liatnya*. Belum puas melihat foto itu, aku hendak meng-klik “ > “ untuk melihat apa benar foto beliau (sudah) mulai ‘begitu’ semua? Aih, disconnect ternyata! Akhirnya aku mengurung niat itu. Kejadian itu lupa dengan sendirinya.
Baru-baru ini aku membuka Facebook lagi, di Home banyak status alay yang dishare oleh teman-temanku yang sedang galau. Tetiba aku melihat A (lagi), added new photos. Menambah foto, bukan di-tag-in. Foto-foto narsis. A bersama teman-teman kampusnya. Kali ini aku enggak shock lagi, karena aku udah nyimpulin dari semua yang aku lihat di profile-nya bahwa memang ia sudah hijrah dari gaul-syar’i ke gaul-narsis. Foto-fotonya sudah banyak yang narsis dengan jilbab paris tipisnya hanya selapis.
Lalu teringat sosok B. Sosok panutanku di lingkaran ‘saling-mengingatkan’ juga -  yang dulu sangat terkenal dengan gayanya yang cuek, ogah ikut-ikutan. Terpikir untuk melihat profile facebook-nya, apa mungkin beliau juga seperti sahabatnya, A? Ah, semoga tidak.
Gambar bunga, kartun muslimah, pemandangan-pemandangan indah. Senyum mengembang 2 centi kekanan dan 2 centi kekiri. Alhamdulillah! Ternyata beliau masih (akan) terus menjadi panutanku. Tapi, disana terlihat foto yang di upload oleh teman-teman kampusnya. dari situ aku tau kalau beliau ternyata juga tidak jauh berbeda dengan A. B juga sudah memakai jilbab tipis. Tidak seperti dulu lagi. Entah kenapa beliau bisa terpengaruh oleh lingkungan. Wallahu’allam.
Sedih, mereka bukan (lagi) panutanku untuk menutup aurat lagi. Tapi walau bagaimanapun aku juga sangat berterimakasih karena dengan mengenal mereka aku jadi mengerti maksud dari kata ‘saling-mengingatkan’.
Catatan ini ditulis bukan ingin membuka aib A & B, ataupun bukan untuk mengisyaratkan bahwa (sekarang) aku lebih baik dari mereka. Bukan! Ini hanya untuk membenarkan bahwa setiap orang itu bisa berubah. Tergantung ia mau merubah hidupnya kearah lebih baik ataukah kebalikannya.
Semoga dengan tulisan yang saya tulis berdasarkan kisah orang lain ini dapat kita ambil hikmah. Semoga stiap hari kita lebih baik dari hari kemarin. Wallahu’allam bissawab. Tetap istiqamah di jalan syari’at ya saudara-saudara se-iman, se-agama semua! Wish Allah bless us everyday, everywhere kita berada!
                        Sebuah kisah masa lalu
                        Hadir dibenakku...
                        Saatku lihat surawiku, menyibak lembaran masa,
                        Yang indah... bersama sahabatku
                        Sepotong episode, masa lalu aku
                        Episode sejarah yang membuatku kini
                        Merasakan bahagia, dalam hidup
                        Merubah arah dan langkah di hidupku.
Sepotong Episode Masa Lalu, Edcoustic -

0 komentar:

Posting Komentar

 

Jejak Cerita Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template